Rabu, 6 Agustus 2014
Hari itu saya bisa bangun cukup pagi, meski malam kurang bisa tidur. Setelah mandi dan sholat subuh, sayapun memeriksa kembali barang yang akan saya bawa untuk memastikan tidak ada yang terlewat kemudian memasukkannya ke dalam pannier bag. Saya juga memeriksa kembali kondisi sepeda saya, serta mempersiapkan peralatan dan suku cadang untuk mengantisipasi jika ada kerusakan di perjalanan nantinya.
rute kapal Dumai - Port Klang
Rencananya saya akan berangkat ke pelabuhan jam 10 dan untuk mengantisipasi agar tidak terlalu lapar di kapal, saya sarapan nasi uduk 2 bungkus dan membawa bekal roti. Setelah semuanya siap, sayapun berpamitan dengan Nur adik tetangga saya serta menitipkan kunci rumah kepadanya. Jarak dari rumah menuju pelabuhan hanya sekitar 9 km. Di sepanjang perjalanan, saya menjadi perhatian para pengguna jalan karena mengayuh sepeda dengan banyak barang bawaan.
bersiap berangkat
Pukul 10:30 saya tiba di depan terminal keberangkatan internasional Pelabuhan Dumai. Baru saja memarkir sepeda ada seorang bapak tua bertanya tentang tujuan saya dan kemudian menyuruh saya memasukkan sepeda ke ruang keberangkatan dengan meminta ijin sekuriti. Menurut beberapa orang di pelabuhan, bapak yang berbincang dengan saya tersebut adalah pemilik Ferry Indomal Express, kapal yang akan membawa saya ke Port Klang.
perjalanan menuju pelabuhan Dumai
Pukul 11:00 loket imigrasi untuk keberangkatan tujuan Port Klang baru dibuka. Antrian di depan loket pun cukup panjang, mengingat banyaknya penumpang setelah hari raya Idul Fitri. Di loket, petugas imigrasi memeriksa paspor, memberi stempel visa dan saya harus membayar Rp20.000 untuk tarif memasuki kawasan pelabuhan. Di ruang tunggu keberangkatan saya berjumpa Hamdi yang memang sengaja menunggu saya di sana. Dia banyak berbagi cerita tentang pengalamannya bersepeda di Malaysia dan mengantar saya hingga di dermaga, serta memberi bekal saya sebungkus siomay untuk pengganjal perut di kapal.
kapal Indomal yang bersandar di dermaga
Di dermaga saya membayar Rp20.000 untuk biaya angkat sepeda dan tas ke atas kapal. Pada saat para ABK mengangkat sepeda tanpa tersadari satu tas pannier terjatuh dan beruntung dengan cepat seorang ABK mengejar dan mengait tas tersebut sebelum hanyut terbawa arus. Setelah semuanya dinaikkan saya berpamitan dengan untuk memasuki kapal dan menuju tempat duduk yang masih kosong. Saya duduk bersebelahan dengan seorang ibu dan kedua anaknya, beliau memberi saya buah salak yang dibeli di pelabuhan. Saya teringat pesan di facebook bang Abdul Rahim untuk membawa buah salak, beruntung masih ada penjual yang menawarkan buah salak di dalam kapal sebelum berangkat.
para ABK bekerjasama menaikkan sepeda
Pukul 12:15 kapal mulai berangkat, berangsur meninggalkan pelabuhan. Tidak banyak yang bisa saya lakukan di dalam kapal. Sebentar saja berbincang dengan ibu di sebelah saya karena tak lama kemudian beliau tertidur. Satu layar televisi yang memutar film aksi Thailand, berada di depan tempat duduk penumpang yang membuat saya terus terjaga menahan kantuk, sambil sesekali membuka percakapan di dalam facebook. Tak lupa saya makan siomay pemberian Hamdi saat perut mulai terasa lapar. Saat separuh perjalanan sinyal handphone mulai hilang dan kembali muncul saat mendekati daratan Semenanjung Malaya.
suasana di dalam kapal
Pukul 16:45 atau 17:45 waktu Malaysia, kapal merapat di pelabuhan Port Klang dan para penumpang berangsur keluar kapal. Saya diberitahu salah seorang ABK bahwa sepeda saya sudah diangkut ke tempat pengambilan bagasi. Saya langsung menuju pintu ketibaan (pintu kedatangan / arrival gate) dan membayar RM2. Cukup lama saya berada di terminal kedatangan karena terjadi antrian panjang di Imigresen (Imigrasi). Sebelum kedatangan kapal dari Dumai ternyata ada kapal ferry dari Tanjung Balai Sumatera Utara yang lebih dulu memasuki pelabuhan. Saya yang hanya menggunakan paspor pelancong terpaksa mengantri paling belakang.
Pintu Ketibaan (Arrival Gate)
2 jam saya berada di sana, hingga tiba saat saya di loket imigrasi. Petugas imigrasi memeriksa paspor, sidik jari dan menanyakan banyaknya uang saku yang saya bawa, kemudian memberi stempel visa kunjungan selama 30 hari. Lalu saya menuju tempat pengambilan bagasi dan saya harus membayar RM20. Di depan pelabuhan saya disambut oleh bang Abdul Rahim (Wak) dan istrinya kak Ija Zahri, mereka sudah menunggu sejak sore hari. Di depan pelabuhan saya sempatkan untuk membeli kartu perdana Malaysia untuk handphone saya, mengingat tarif yang cukup mahal jika menggunakan kartu Indonesia.
2 jam menunggu di Imigresen (Imigrasi)
Awalnya saya ingin mengayuh sepeda hingga ke Kampung Perapat yang berjarak sekitar 20 km dari Port Klang. Namun bang Abdul Rahim melarang karena banyaknya lori-lori (truk-truk) besar melintas sehingga berbahaya mengendarai sepeda saat malam di kawasan pelabuhan. Bang Abdul Rahim pun mengangkat sepeda saya dan mengikatnya di rak belakang mobil. 30 menit perjalanan dengan mobil menuju rumah bang Abdul Rahim dan tiba di rumah beliau disambut wajah lucu putrinya. Terlihat banyak sepeda koleksi bang Abdul Rahim di halaman rumahnya.
para peminat basikal bersilaturahmi di rumah bang Abdul Rahim (Wak)
Malam yang masih dalam suasana hari raya itu, banyak tamu datang bersilaturahmi ke rumah bang Abdul Rahim, kebanyakan dari mereka adalah para peminat basikal (penggiat hobi sepeda). Bang Faiz dan bang Azmir yang juga datang malam itu memberi panduan rute dan petunjuk untuk menuju Batu Cave dan Kuala Lumpur. Rencananya saya akan melalui jalur motosikal (sepeda motor) di Federal Highway (Jalan Tol). Hingga lewat tengah malam kami berbincang dan sayapun tertidur pulas.
menyusun rute yang akan dilalui esok hari
BERSAMBUNG....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar