Jumat, 08 Agustus 2014

Kayuhan Kemerdekaan #4 (Ulu Klang - Seremban)

    Saya kembali terlambat bangun pagi ini, mungkin karena terlalu lelah bersepeda hingga tengah malam. Saya langsung membereskan tempat tidur dan mengemasi barang-barang bawaan. Rencananya hari ini saya akan bersepeda ke Putrajaya dan target akan bermalam di Seremban. Seusai mandi, pak Mazwir mengajak saya sarapan bersama dan memberi saya sebungkus nasi lemak untuk bekal di perjalanan nanti. Pak Mazwir juga memberi saya peta Malaysia dan Singapura. Beliau akan menunjukkan arah jalan dan mengantar saya hingga di Jl.Jelatek.
rute perjalanan dari Ulu Klang ke Seremban

bersiap berangkat dari rumah pak Mazwir

    Pukul 9:00 (8:00 WIB), saya berpamitan dengan keluarga pak Mazwir dan memulai kayuhan. Dengan santai saya mengikuti mobil pak Mazwir, dari Taman Lembah Keramat hingga Jl.Jelatek. Sesampainya di Jl.Jelatek, pak Mazwir kembali berhenti untuk memberikan arahan dan saya pun berpamitan serta mengucapkan terima kasih atas segala bantuan beliau. Dari Jl.Jelatik, saya kembali mengayuh sepeda menuju Jl.Ampang dan kemudian menuju Jl.Tun Razak.
mengikuti mobil pak Mazwir
lalu lintas yang sangat padat di Jl.Tun Razak

    Saya harus lebih berhati-hati mengayuh sepeda di Jl.Tun Razak karena lalu lintasnya yang sangat padat. Saya terus mengikuti jalan menuju Putrajaya sesuai petunjuk arah pada sign board. Terkadang saya harus memberanikan diri mengayuh di antara banyak kendaraan agar bisa berpindah jalur. Saya berhenti sebentar untuk beristirahat di sebuah flyover dekat Bulatan Kampung Pandan. Dari tempat ini saya dapat menikmati hamparan gedung-gedung tinggi Kuala Lumpur. Petronas Twin Towers dan Menara Kuala Lumpur terlihat jelas di sini.
memberanikan diri untuk berpindah jalur jalan
terlihat Menara Kuala Lumpur dan Petronas Twin Tower

    Saya kembali mengayuh dan memasuki Lebuhraya Kuala Lumpur - Putrajaya Maju Expressway (MEX/E20). Lebuhraya ini merupakan jalan utama penghubung antara Kuala Lumpur dengan Putrajaya yang jaraknya sekitar 30 km. Di lebuhraya ini pun tidak ada pemisahan antara jalur sepedamotor dan mobil, sehingga saya harus selalu menjaga diri agar tetap berada di tepi jalan. Sudah terbayang jalan yang akan saya lewati ini di dominasi tanjakan dan turunan yang landai tetapi lumayan panjang.
memasuki Maju Expressway (MEX/E20)
tidak ada pemisahan antara jalur motor dan mobil

    Baru beberapa kilometer mengayuh di Lebuhraya E20, hujan turun mengguyur dengan derasnya. Tidak memungkinkan lagi untuk mencari tempat berteduh di Lebuhraya. Saya putuskan untuk memakai jas hujan dan terus melanjutkan perjalanan. Tidak lupa saya nyalakan lampu belakang agar tetap terlihat oleh pengendara lain di tengah derasnya hujan. Badan saya yang tadinya terasa panas dan berkeringat, berubah menjadi kedinginan. Sesekali saya berhenti untuk sekedar meregangkan badan dan mengecek posisi saya di googlemap.
hujan deras mengguyur dan tidak ada tempat untuk berteduh
beruntung masih ada jas hujan

    Hampir 30 menit mengguyur, hujan pun mulai mereda saat saya tiba di depan Stadium Nasional Bukit Jalil. Setelah mengemasi jas hujan, saya kembali mengayuh sepeda menyusuri  Lebuhraya E20. Sekitar 7 km jalan lurus dengan tanjakan dan turunan panjang cukup menguras tenaga. Saya pun menepi untuk beristirahat dan menyandarkan sepeda di pagar jalan. Sebungkus nasi lemak pemberian pak Mazwir terasa nikmat meski sudah dingin. Menurut googlemap posisi saya berada sekitar 15 km dari Putrajaya.
Stadium Nasional Bukit Jalil
menikmati sebungkus nasi lemak

    Baru sebentar memulai kembali kayuhan ada sebuah mobil berhenti di depan saya. Pengemudi mobil tersebut menyapa dan menanyakan tujuan saya. Beliau pun memberi petunjuk arah dan memberi dukungan kepada saya. Tambahan dukungan ini membuat saya semakin semangat menaklukan tanjakan dan turunan panjang yang tersisa. Pukul 13:10 (12:10 WIB) saya sudah memasuki Cyberjaya dan dari kejauhan terlihat bangunan-bangunan megah di Putrajaya. Saya pun bergegas menambah kecepatan kayuhan agar tidak tertinggal sholat jum'at.
pengemudi mobil  merah ini memberi semangat kepada saya
tanjakan panjang sebelum memasuki Cyberjaya

    Setelah menyeberangi Jembatan Seri Saujana saya tiba di Masjid Tuanku Mizan Zainal Abidin. Sangat ramai jama'ah sholat jum,at di masjid yang megah ini. Nama masjid ini sendiri diambil dari nama Sultan Terengganu, Tuanku Mizan Zainal Abidin. Pada saat proses pembangunan masjid ini, beliau menjabat sebagai Yang di-Pertuan Agong ke-13 (gelar Raja Malaysia). Seusai sholat jum'at saya sempatkan untuk menikmati suasana dan pemandangan kawasan Putrajaya dari sekitar masjid. Putrajaya merupakan Wilayah Persekutuan yang menjadi pusat administrasi Malaysia, menggantikan Kuala Lumpur.
Masjid Tuanku Mizan Zainal Abidin
bagian atas masjid
pemandangan dari dalam masjid

    Dari masjid, saya bersepeda ke arah utara menyusuri jalan di sisi tasik hingga tiba di dekat Jembatan Seri Wawasan. Kemudian saya menyeberangi Jembatan Putra menuju Presint 1. Di sini saya menjumpai beberapa bangunan megah termasuk Masjid Putra dan gedung Perdana Menteri. Saya pun sempatkan untuk menikmati suasana di lokasi yang banyak dikunjungi wisatawan ini. Setelah puas mengambil beberapa photo, saya kembali melanjutkan kayuhan menyusuri jalan utama Persiaran Perdana ke arah selatan.
Jembatan Seri Wawasan
Gedung Perdana Menteri
Masjid Putra

    Di sepanjang jalan terlihat gedung-gedung kementerian dan komplek perbadanan yang berdiri megah. Terdapat laluan basikal (jalur sepeda) yang bisa dilalui di setiap sisi jalan utama Persiaran Perdana. Setelah berhenti di sebuah mini market untuk membeli makanan dan minuman ringan, saya terus mengayuh sepeda hingga menyeberangi Jembatan Seri Perdana dan berhenti di depan gedung Putrajaya International Convention Centre. Saya mengecek lokasi di googlemap dan mencari rute menuju Sepang yang menjadi tujuan selanjutnya.
Istana Kehakiman
gedung pemerintah yang terlihat megah
laluan basikal (jalur sepeda)
Putrajaya International Convention Centre dilihat dari Jembatan Seri Perdana

    Mengingat hari semakin sore saya pun langsung mengayuh sepeda mengikuti rute di google map menuju Pintasan Dengkil By Pass (E29). Jalan ini merupakan jalan by pass yang menghubungkan antara Putrajaya dengan Sirkuit Sepang dan Kuala Lumpur International Airport (KLIA). Cuaca sore hari yang teduh serta kondisi jalan yang relatif landai dan lalu lintas yang ramai lancar membuat kayuhan terasa ringan. Sekitar pukul 18:10 (17:10 WIB) saya tiba di Bulatan Masjid KLIA dan saya berbelok ke kiri menyusuri Jl.Pekeliling menuju Sepang.
Pintasan Dengkil By Pass (E29)
Bulatan Masjid KLIA

    Sesekali terlihat pesawat yang akan landing melintas di angkasa atas jalan. Saya tidak ada menemui pemukiman masyarakat di sepanjang perjalanan dari Putrajaya. Pada pukul 19:00 (18:00 WIB), saya tiba di depan Sepang International Circuit (SIC). Sirkuit ini berada tepat di sebelah timur KLIA. Sirkuit ini sering digunakan untuk berbagai perlombaan balap seperti GP F1, GP A1 dan Moto GP setiap tahunnya. Saya sempatkan sejenak untuk berkeliling dan mengambil photo di sekitar Sirkuit Sepang. Dari sebuah lokasi yang lebih tinggi di luar sirkuit, saya dapat melihat lintasan-lintasan di dalam sirkuit.
terlihat pesawat terbang melintas
Sepang International Circuit
terlihat lintasan di dalam sirkuit

    Saya tidak begitu lama berada di Sepang karena harus melanjutkan perjalanan menuju Seremban yang masih berjarak sekitar 32 km. Dengan bantuan googlemap dan sign board saya menyusuri jalan 344, B38 dan 3265 hingga memasuki wilayah Negeri Sembilan. Lalulintas terlihat sepi mengingat sudah masuk waktu magribh. Saya terus menambah kecepatan kayuhan karena jalanan sudah gelap dan sesekali melewati perkebunan kelapa sawit. Saat sampai di pertigaan dekat Pekan Nilai, saya berhenti di sebuah warung pinggir jalan. 
mengikuti sign board ke Seremban
jalanan mulai gelap

    Warung ini menjual lomang paneh atau di bahasa Indonesiakan menjadi "lemang panas". Lemang merupakan makanan khas orang Melayu dan Minang. Lemang terbuat dari beras ketan dan kelapa, kemudian dimasak dalam gulungan daun pisang dan dibakar dalam seruas bambu. Sambil menunggu bapak penjualnya membakar, saya sempatkan untuk istirahat meluruskan dan merengganmgkan otot kaki. Sekitar 2 jam saya istirahat di warung tersebut sambil menikmati lomang paneh yang disajikan bersama rendang. Pada pukul 22:00 (21:15WIB) saya melanjutkan perjalanan menuju Seremban.
menunggu bapak ini membakar lemang
21 km sebelum Seremban

    Dari pertigaan tadi saya berbelok ke jalan 362. Saya juga menambahkan lampu penerangan pada sepeda untuk menerangi jalan yang gelap. Beruntung cuaca cukup cerah sehingga cahaya bulan yang belum bulat penuh membantu menerangi. Kondisi jalan yang melewati perkampungan dan perkebunan kelapa sawit lumayan sunyi. Hanya sesekali saja ada kendaraan yang melintas. Setelah lebih dari 20 km mengayuh, akhirnya saya memasuki kota Seremban. Meski sudah larut malam, namun masih terlihat kendaraan lalu lalang di kota ini.
menyusuri jalan 362 yang lumayan gelap
tiba di kota Seremban

    Kemudian saya menuju di Masjid Negeri dan berencana menumpang bermalam di sana. Sekitar pukul 00:30 (23:30 WIB) saya tiba di halaman masjid dan meminta ijin untuk menumpang bermalam kepada pengurus masjid tersebut. Setelah pengurus masjid mempersilakan, saya pun langsung memarkir sepeda dan bersih-bersih diri. Saya pun mulai tidur seusai menjamak sholat magribh dan isya'. Total perjalanan hari ini sekitar 108 km.
menuju Masjid Negeri


BERSAMBUNG.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar