Sabtu, 21 November 2015

Bersepeda di Pulau Rupat #1

    Pulau Rupat merupakan sebuah pulau yang terletak di sebelah timur pesisir Sumatera dan masuk dalam wilayah Kabupaten Bengkalis, Riau. Pulau ini terbagi dalam dua kecamatan, yaitu Kecamatan Rupat dan Kecamatan Rupat Utara. Pada liburan kali ini saya, Hamdi, Irsad, Mala dan Ivan akan melakukan kegiatan bersepeda di Pulau Rupat selama 2 hari. Hamdi, Irsad dan Mala, ketiganya sudah pernah bersepeda sampai Rupat Utara setahun yang lalu, sementara ini merupakan pengalaman pertama bagi saya dan Ivan.
peta Pulau Rupat

Ivan, Mala, Irsad, Hamdi dan Saya
 
Sabtu, 21 November 2015
    Usai subuh, saya mulai mempersiapkan barang bawaan secukupnya yang diperlukan untuk kegiatan 2 hari ini. Pukul 5:40 saya memulai kayuhan menuju rumah Hamdi. Setelah selesai menyantap makanan yang disediakan ibu Hamdi, saya dan Hamdi berpamitan untuk berangkat menuju pelabuhan penyeberangan, serta menghampiri rekan-rekan kami yang ikut serta dalam kegiatan ini. Lokasi pelabuhan penyeberangan berjarak sekitar 4 km dari pusat Kota Dumai.
bersiap berangkat
perjalanan menuju pelabuhan Ro-Ro
    Awalnya kami akan menyeberang dengan menaiki kapal Ro-Ro, namun kami terlambat saat sampai di loket pelabuhan dan pintu masuk dermaga telah ditutup. Karena akan menghabiskan waktu lama jika menunggu penyeberangan berikutnya, lkami pun memutuskan untuk mengembalikan tiket kapal Ro-Ro dan mencoba menggunakan kapal kecil yang terdapat di Muara Sungai Dumai dekat TPI Pattimura. Kami kembali berkayung sejauh 3 km menuju lokasi kapal-kapal kecil ini bersandar.
 putar balik menuju TPI Pattimura
kapal kecil yang akan kami naiki
    Untuk menaiki kapal kecil ini, masing-masing dari kami harus membayar Rp30.000,- per orang dan tambahan Rp30.000,- untuk semua sepeda. Sepeda kami susun dan diikat di bagian depan kapal, sedangkan kami berlima duduk di bagian belakang yang beratap terpal. Hanya membutuhkan waktu 30 menit untuk menyeberangi Selat Rupat hingga tiba di dermaga Batu Panjang, Rupat. Setelah menurunkan sepeda dan barang bawaan, kami pun langsung memulai kayuhan menyusuri jalan utama Pulau Rupat.
muara Sungai Dumai
menyeberangi Selat Rupat
sampai di dermaga Batu Panjang
 
    Lokasi tujuan kami di hari pertama adalah sebuah pantai di pesisir timur Pulau Rupat yang berjarak sekitar 70 km dari Batu Panjang. Kondisi jalan yang kami cukup bervariasi, terkadang menjumpai jalan yang sudah disemenisasi dan terkadang harus melintasi jalan yang baru dipadatkan. Terkadang kamipun harus memperlambat laju sepeda saat menjumpai pekerjaan pengecoran jalan dan pekerjaan pemadatan jalan.
di antara kondisi jalan yang kami lalui
jalan yang sudah disemenisasi


pekerjaan pengecoran jalan
pekerjaan perataan dan pemadatan jalan
    Meski kondisi jalannya seperti itu, namun perjalanan kami tidak terasa membosankan. Penduduk setempat yang ramah serta alamnya yang tidak banyak tercemar polusi membuat kami terus bersemangat menyusuri jalan utama pulau ini. Lalu lintas kendaraan bermotor di pulau ini tidak seramai lalu lintas di Dumai. Sesekali kami singgah di warung-warung atau halaman mushola untuk istirahat sejenak dan sekedar meregangkan badan.
keceriaan anak-anak sekolah
alamnya belum tercemar polusi
singgah di sebuah warung
istirahat di halaman mushola Desa Pergam

    Sekitar pukul 12:30, kami singgah di Masjid Jami' Nurul Falah Desa Teluk Lecah untuk sholat dzuhur. Seusai sholat kami sempatkan membuka bekal dan makan bersama di halaman parkir masjid ini. Cuaca siang yang cukup terik membuat kami betah berlama-lama di sini sambil mengumpulkan tenaga kembali dan menunggu cuaca agak teduh. Pukul 13:50 kami kembali mengemasi barang bawaan dan melanjutkan perjalanan.
Masjid Jami' Nurul Falah, Desa Teluk Lecah
cuaca terik siang hari
    Cuaca yang panas terik berubah menjadi mendung. Kami pun tidah menyia-nyiakannya untuk terus mengayuh sepeda masing-masing hingga tiba di jembatan Selat Morong. Kami sempatkan untuk singgah di sebuah dermaga yang tak jauh dari jembatan tersebut dan menanyakan jadwal keberangkatan speedboat yang berangkat ke Dumai. Saat kami tiba di Desa Pangkalan Nyirih, kami beberapa kali menanyakan arah pantai kepada penduduk setempat, karena dari kami berlima belum satupun yang pernah berkunjung ke pantai ini.
mendung mulai menyelimuti
tiba di jembatan Selat Morong
 
dermaga speedboat di Selat Morong
Desa Pangkalan Nyirih
    Menurut penduduk setempat nama pantai ini adalah Pantai Ketapang yang terletak di Desa Sei Cingam Kecamatan Rupat. Kami menjadi lebih bersemangat mengayuh karena pantai yang kami tuju sudah semakin dekat. Di tengah perjalanan banyak kami jumpai rumah-rumah tradisional masyarakat setempat. Hamdi sempat berhenti membeli air untuk kebutuhan memasak di pantai nantinya. Pada pukul 15:40 kami tiba di Pantai Ketapang. Beberapa pondok kayu berdiri berjajar di pinggir pantai. Kami bergegas menyusuri pantai dan mencari lokasi untuk mendirikan tenda.
salah satu rumah sederhana masyarakat Cina
berhenti untuk membeli air
jalan menuju Pantai Ketapang
beberapa pondok kayu tampak berjajar di pinggir pantai
tiba di Pantai Ketapang

    Akhirnya kami mendirikan tenda di lokasi yang agak jauh dari pondok dan banyak pepohonan. Seusai mendirikan tenda, kami mulai mengumpulkan potongan-potongan kayu yang terdapat di tepi pantai untuk membuat api unggun dan memasak air. Cuaca sore yang cukup bersahabat membuat kami betah untuk sekedar duduk-dukuk menikmati pemandangan perairan Selat Malaka yang luas membentang, sedangkan Irsad memasang pancing dan berharap ada ikan yang memakan umpannya. Menjelang magribh kami sempatkan untuk mandi serta berenang di pinggir laut yang dangkal dan berombak kecil ini.
berhenti di lokasi yang sesuai untuk mendirikan tenda
mendirikan tenda
membuat api unggun
menikmati pemandangan sore hari

    Seusai magribh, terlihat beberapa nelayan sedang menangkap ikan di pinggir pantai dengan menggunakan jaring pukat. Tangkapan utama mereka adalah ikan pari dan udang. Sementara Hamdi memasak untuk makan malam, kami mencoba mengikuti kegiatan para nelayan tadi. Suasana malam yang tenang berubah menjadi tegang, karena secara tiba-tiba angin kencang berhembus dari arah laut dan diikuti hujan yangsangat deras. Kami yang belum selesai makan pun segera mengemasi dan menyelamatkan barang-barang agar tidak berhamburan tertiup angin.

mengikuti para nelayan yang menangkap ikan
memilih-milih ikan tangkapan
melepaskan kembali ikan yang tidak dibawa nelayan
    Tenda saya yang tidak mempunyai rangka, tidak mampu menahan tiupan angin dan guyuran hujan yang sangat kuat. Saya pun memutuskan untuk berlari menuju ke pondok kayu dan berteduh di sana. Karena hujan yang tak kunjung reda, saya memutuskan untuk tidur di pondok tersebut sampai pagi.
tenda tak sanggup menahan angin dan hujan deras
terpaksa tidur di pondok

BERSAMBUNG....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar