Senin, 14 Mei 2012
Suara aktivitas adik-adik Iwan yang akan berangkat ke sekolah di pagi itu, membangunkanku dari tidur nyenyak. Tidak saya sadari jam telah menunjukkan pukul tujuh pagi. Badan masih terasa malas untuk meninggalkan tempat tidur, sementara Sandi masih tertidur di samping saya. Tampak Iwan yang telah berpakaian rapi mengajak kami sarapan. Kami sarapan seporsi nasi gemuk (seperti nasi rames) dan segelas teh hangat. Setelah selesai sarapan, Iwan langsung berangkat kerja dan saya mandi untuk bersiap berangkat melanjutkan perjalanan.
Saat mempersiapkan sepeda motor dan mengemasi barang bawaan, Sandi menawari saya untuk berkeliling kota Palembang dan singgah di rumahnya, Kertapati. Setelah semuanya siap kami berpamitan dengan adik Iwan dan mengucapkan terima kasih atas jamuannya, kemudian menuju beberapa tempat di Palembang. Kami menuju ke lapangan depan Benteng Kuto Besak yang lokasinya berada di tepi Sungai Musi. Di lokasi tersebut kami bisa melihat lalu lintas warga Palembang yang melintas di atas jembatan Ampera dan menyaksikan aktivitas hilir mudik kapal-kapal kecil di sepanjang sungai.
Selanjutnya kami singgah sebentar di depan Museum Sultan Mahmud Badaruddin II yang lokasinya tak jauh ke arah timur dari Benteng Kuto Besak. Tampak ramai pengunjung museum tersebut di pagi itu, terutama dari kalangan pelajar yang sedang berwisata. Menurut informasi museum tersebut menyimpan dan memamerkan benda-benda bersejarah peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang. Sedangkan nama museum diambil dari nama sultan yang telah berjasa atas perkembangan Kesultanan Palembang. Kami tidak lama di lokasi tersebut dan tidak masuk ke dalam museum, hanya sekedar berfoto-foto di halaman museum.
Kemudian kami menuju ke ke tujuan selanjutnya yaitu stadion Gelora Sriwijaya di Jakabaring. Saat melintas di atas Jembatan Ampera, Sandi mengajak berhenti di sisi jalan untuk berfoto di jembatan tersebut. Berhenti dan memarkir kendaraan di atas Jembatan Ampera merupakan hal yang dilarang, sehingga kami hanya sebentar berada di sana karena takut ditilang polantas yang sedang patroli. Kami kembali melanjutkan perjalanan menuju Gelora Sriwijaya
Pukul 09.30, kami sudah sampai di halaman stadion. Tampak berbeda kondisi stadion dibandingkan dengan kondisi saat kami berkunjung ke sini Juli 2010 yang lalu. Apalagi stadion ini telah direnovasi untuk dijadikan sebagai stadion utama pembukaan dan penutupan SEA Games XXVI 2011 yang lalu. Setelah kami berfoto-foto dan berkeliling di area sekitar stadion, kami keluar dan menuju rumah Sandi di Kertapati.
Kami melewati jembatan Sungai Ogan yang menghubungkan Kec.Seberang Ilir I dengan Kec.Kertapati, serta menjumpai stasiun kereta api di sebelah kanan jalan. Stasiun ini berada di dekat pertemuan aliran Sungai Ogan dengan Sungai Musi dan stasiun ini merupakan ujung dari jalur kereta api yang menghubungkan kota-kota di Sumatera Selatan dan Lampung. Memasuki Jl.Ki Marogan saya mengajak Sandi singgah ke SPBU untuk mengisi premium. Setelah mengisi penuh tanki, saya minta kepada petugas SPBU untuk sekalian mengisi jirigen cadangan saya. Namun petugas tersebut menolak karena keterbatasan ketersediaan BBM di Palembang sehingga membatasi pembelian BBM tiap konsumen dan melarang mengisi dengan jirigen di SPBU.
Akhirnya saya sampai di rumah Sandi pukul 10.15. Rencananya saya hanya sebentar singgah di rumah Sandi, tapi keluarga Sandi menganjurkan untuk istirahat dulu dan melanjutkan perjalanan setelah dzuhur. Sambil menunggu waktu makan siang, saya meminta Sandi untuk menunjukkan tempat penjualan makanan khas Palembang untuk oleh-oleh saudara saya di Parung nantinya. Sandi mengajak ke salah satu pusat produsen pempek yang berada di dekat Sungai Ogan (Kec.Seberang Ulu I). Sekembalinya kami ke rumah, ternyata orang tua Sandi telah menyiapkan hidangan makan siang dan mempersilakan saya untuk makan. Cukup nikmat makanan yang dihidangkan siang itu, apalagi ada sambal mangga yang rasanya pedas dan sedikit asam.
Sekitar pukul 12.30 seusai sholat dzuhur, saya berpamitan kepada keluarga Sandi dan berterimakasih atas jamuan yang diberikan. Sandi mengantar saya hingga ke jalan raya dan memberi beberapa informasi petunjuk arah jalan. Setelah mengucapkan terimakasih dan berpamitan, saya langsung memulai perjalanan. Target perjalanan saya hari itu adalah tiba di pelabuhan Bakaheuni, Lampung pada malam hari. Cukup padat lalu lintas di jalan keluar kota Palembang, apalagi ada sebagian jalan yang rusak dan dalam proses perbaikan. Lalu lintas mulai lancar saat memasuki Kab.Ogan Ilir.
Saya memasuki ibukota Kab.Ogan Ilir, Indralaya pada pukul 13.10. Setelah melewati sebuah monumen pejuang, jalan raya terbagi menjadi dua dengan arah berbeda. Kota Indralaya ini berada di jalur lintas timur dan menghubungkan antara kota Palembang dengan beberapa kota di jalur lintas tengah. Di Indralaya saya menjumpai beberapa becak yang dirangkai dengan sepeda motor seperti di Pematang Siantar (SumUt). Bedanya di Indralaya menggunakan sepeda motor keluaran baru, sedangkan di Pematang Siantar menggunakan sepeda motor lawas.
Saya terus melaju tanpa berhenti hingga memasuki Kab.Ogan Komering Ilir (Kab.OKI) yang ditandai dengan gapura yang berbentuk gading gajah. Pukul 14.05 saya memasuki kota Kayu Agung, ibukota Kab.OKI. Sekitar 45 menit setelah melewati pusat kota Kayu Agung, saya menjumpai beberapa bangunan sepanjang sisi jalan seperti bangunan di Bali. Ternyata di daerah tersebut banyak warga penganut agama Hindu.
Setelah melewati daerah perkebunan kelapa sawit dan karet pada pukul 15.35 saya berhenti sebentar di sebuah warung yang menjual premium eceran. Cukup heran karena harga perliternya Rp7.500,-. Saya mengisi tanki hanya 2 liter saja dan berharap menjumpai SPBU di perjalanan. Saya kembali melanjutkan perjalanan melintasi Kec.Mesuji dan tak lama kemudian menjumpai gapura batas provinsi SumSel dan melintasi jembatan Sungai Mesuji, serta menjumpai tugu "Selamat Datang Di Propinsi Lampung" pukul 16.10.
Saya kembali memacu sepeda motor menyusuri jalan lintas dari Kab.Mesuji hingga memasuki Kab.Tulang Bawang tanpa berhenti, mengingat waktu sudah semakin sore. Sekitar pukul 17.40, saya berhenti di sebuah SPBU untuk mengisi premium. Ternyata SPBU tersebut kehabisan persediaan premium dan saya manfaatkan waktu untuk istirahat sebentar di sana. Saya kembali melanjutkan perjalanan sambil mencari penjual premium eceran. Akhirnya saya menemukan penjual premium eceran di tepi jalan. Perliter harganya Rp.8.000,- dan saya mengisi 2 liter tanki dan 2 liter dalam jirigen.
Hari semakin gelap dan saya terus melaju hingga menemukan sebuah pertigaan sebelum pusat kota Menggala. Di pertigaan tersebut terdapat papan petuntuk arah, belok kiri ke arah Bakaheuni dan lurus ke arah Menggala. Saya belok ke kiri mengikuti arah ke Bakaheuni. Karena jalan cukup mulus saya menambah laju kendaraan. Saat hari sudah gelap saya sempat ragu melintas jalan tersebut karena takut salah jalan. Sepanjang sisi jalan hanya perkebunan tebu dan tidak ada rumah satupun, sehingga jalan sangat gelap karena tidak ada penerangan jalan. Hampir tidak ada kendaraan yang melintas.
Saya berhenti sejenak dan mengecek googlemap untuk melihat di mana posisi saya berada. Namun karena tidak ada sinyal, saya tidak dapat menemukan posisi saya saat itu. Saya kembali menyusuri jalan mulus tersebut hingga akhirnya menemukan beberapa rumah yang berada di depan sebuah perusahaan perkebunan tebu. Saya berhenti dan mengisi jirigen saya dengan 4 liter premium yang Rp8.000,- per liternya sambil bertanya arah jalan. Menurut informasi yang saya dapat, ternyata jalan yang saya lalui adalah jalan lintas pantai timur yang melalui Kab.Lampung Timur tetapi tidak melewati kota Bandar Lampung.
Saya kembali yakin untuk melanjutkan perjalanan menuju Bakaheuni. Karena tidak menemukan SPBU, saya mencoba untuk memacu sepeda motor hingga premium habis. Sekitar pukul 19.35, akhirnya saya berhenti karena mesin mati di tengah jalan. Saya kembali mengisi penuh tangki dengan premiujm dari jirigen cadangan. Berdasarkan patok petunjuk jarak, tempat saya berada saat itu sekitar 42 km sebelum kota Way Jepara. Saya manfaatkan untuk istirahat sebentar di tempat tersebut sambil makan roti bawaan saya.
Saya mulai menemui rumah-rumah penduduk dan jalan tidak terlalu sepi saat memasuki Sukadana. Saya juga menjumpai sebuah SPBU yang masih buka, namun antriannya sangat panjang hingga puluhan meter. Sayapun tidak jadi masuk ke SPBU tersebut karena akan memakan waktu lama untuk mengantri. Saya berhenti sebentar di dekat SPBU tersebut untuk menghubungi kawan saya, Habibi yang berada di Dumai. Seperti biasanya saya mengabarkan kondisi dan posisi saya. Sekitar pukul 21.10, saya berhenti di sebuah SPBU yang sudah tutup untuk istirahat dan sholat isya' di sana meski agak telat. Sambil istirahat, saya manfaatkan untuk mecharge baterai kamera saya di mushola SPBU tersebut. Saya juga sempat berbincang dengan warga yang akan berangkat ke Jambi.
Setelah sekitar 20 menit istirahat, saya kembali melanjutkan perjalanan. Saya mulai menemui beberapa rombongan mobil dan truk yang melintas. Saya mencoba untuk mengikuti mobil-mobil yang menyusuri jalan lintas pantai timur itu. Memasuki Kab.Lampung Selatan saya menemukan seorang pengendara Kawasaki Ninja dengan plat B dan saya mengikutinya dari belakang sebagai panduan jalan. Hingga akhirnya saya tertinggal saat melewati daerah perbukitan beberapa kilometer sebelum pelabuhan Bakaheuni. Saya singgah di sebuah SPBU di daerah tersebut dan mengisi jirigen cadangan saya sebanyak Rp12.000,-.
Sekitar pukul 23.05 saya memasuki Bakaheuni. Saya kembali singgah di sebuah SPBU dekat pelabuhan untuk mengisi jirigen cadangan satu lagi sebanyak Rp12.000,-. Lalu saya menuju ke gerbang pelabuhan dan mengantri untuk membeli tiket kapal penyeberangan yang seharga Rp32.500,- untuk sepeda motor. Saya langsung menuju dermaga dan masuk ke dalam kapal serta memarkir sepeda motor saya. Saya membeli beberapa makanan untuk sedikit menghangatkan tubuh, mengingat udara cukup dingin di atas kapal.
Kapal mulai berangkat meninggalkan dermaga sekitar pukul 24.00. Karena ruang penumpang cukup ramai, saya menuju dek paling atas dan tidur di lantai dek bersama penumpang yang lain.
#BERSAMBUNG.....
Selanjutnya kami singgah sebentar di depan Museum Sultan Mahmud Badaruddin II yang lokasinya tak jauh ke arah timur dari Benteng Kuto Besak. Tampak ramai pengunjung museum tersebut di pagi itu, terutama dari kalangan pelajar yang sedang berwisata. Menurut informasi museum tersebut menyimpan dan memamerkan benda-benda bersejarah peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang. Sedangkan nama museum diambil dari nama sultan yang telah berjasa atas perkembangan Kesultanan Palembang. Kami tidak lama di lokasi tersebut dan tidak masuk ke dalam museum, hanya sekedar berfoto-foto di halaman museum.
Kemudian kami menuju ke ke tujuan selanjutnya yaitu stadion Gelora Sriwijaya di Jakabaring. Saat melintas di atas Jembatan Ampera, Sandi mengajak berhenti di sisi jalan untuk berfoto di jembatan tersebut. Berhenti dan memarkir kendaraan di atas Jembatan Ampera merupakan hal yang dilarang, sehingga kami hanya sebentar berada di sana karena takut ditilang polantas yang sedang patroli. Kami kembali melanjutkan perjalanan menuju Gelora Sriwijaya
Pukul 09.30, kami sudah sampai di halaman stadion. Tampak berbeda kondisi stadion dibandingkan dengan kondisi saat kami berkunjung ke sini Juli 2010 yang lalu. Apalagi stadion ini telah direnovasi untuk dijadikan sebagai stadion utama pembukaan dan penutupan SEA Games XXVI 2011 yang lalu. Setelah kami berfoto-foto dan berkeliling di area sekitar stadion, kami keluar dan menuju rumah Sandi di Kertapati.
Kami melewati jembatan Sungai Ogan yang menghubungkan Kec.Seberang Ilir I dengan Kec.Kertapati, serta menjumpai stasiun kereta api di sebelah kanan jalan. Stasiun ini berada di dekat pertemuan aliran Sungai Ogan dengan Sungai Musi dan stasiun ini merupakan ujung dari jalur kereta api yang menghubungkan kota-kota di Sumatera Selatan dan Lampung. Memasuki Jl.Ki Marogan saya mengajak Sandi singgah ke SPBU untuk mengisi premium. Setelah mengisi penuh tanki, saya minta kepada petugas SPBU untuk sekalian mengisi jirigen cadangan saya. Namun petugas tersebut menolak karena keterbatasan ketersediaan BBM di Palembang sehingga membatasi pembelian BBM tiap konsumen dan melarang mengisi dengan jirigen di SPBU.
Akhirnya saya sampai di rumah Sandi pukul 10.15. Rencananya saya hanya sebentar singgah di rumah Sandi, tapi keluarga Sandi menganjurkan untuk istirahat dulu dan melanjutkan perjalanan setelah dzuhur. Sambil menunggu waktu makan siang, saya meminta Sandi untuk menunjukkan tempat penjualan makanan khas Palembang untuk oleh-oleh saudara saya di Parung nantinya. Sandi mengajak ke salah satu pusat produsen pempek yang berada di dekat Sungai Ogan (Kec.Seberang Ulu I). Sekembalinya kami ke rumah, ternyata orang tua Sandi telah menyiapkan hidangan makan siang dan mempersilakan saya untuk makan. Cukup nikmat makanan yang dihidangkan siang itu, apalagi ada sambal mangga yang rasanya pedas dan sedikit asam.
Sekitar pukul 12.30 seusai sholat dzuhur, saya berpamitan kepada keluarga Sandi dan berterimakasih atas jamuan yang diberikan. Sandi mengantar saya hingga ke jalan raya dan memberi beberapa informasi petunjuk arah jalan. Setelah mengucapkan terimakasih dan berpamitan, saya langsung memulai perjalanan. Target perjalanan saya hari itu adalah tiba di pelabuhan Bakaheuni, Lampung pada malam hari. Cukup padat lalu lintas di jalan keluar kota Palembang, apalagi ada sebagian jalan yang rusak dan dalam proses perbaikan. Lalu lintas mulai lancar saat memasuki Kab.Ogan Ilir.
Saya memasuki ibukota Kab.Ogan Ilir, Indralaya pada pukul 13.10. Setelah melewati sebuah monumen pejuang, jalan raya terbagi menjadi dua dengan arah berbeda. Kota Indralaya ini berada di jalur lintas timur dan menghubungkan antara kota Palembang dengan beberapa kota di jalur lintas tengah. Di Indralaya saya menjumpai beberapa becak yang dirangkai dengan sepeda motor seperti di Pematang Siantar (SumUt). Bedanya di Indralaya menggunakan sepeda motor keluaran baru, sedangkan di Pematang Siantar menggunakan sepeda motor lawas.
Saya terus melaju tanpa berhenti hingga memasuki Kab.Ogan Komering Ilir (Kab.OKI) yang ditandai dengan gapura yang berbentuk gading gajah. Pukul 14.05 saya memasuki kota Kayu Agung, ibukota Kab.OKI. Sekitar 45 menit setelah melewati pusat kota Kayu Agung, saya menjumpai beberapa bangunan sepanjang sisi jalan seperti bangunan di Bali. Ternyata di daerah tersebut banyak warga penganut agama Hindu.
Setelah melewati daerah perkebunan kelapa sawit dan karet pada pukul 15.35 saya berhenti sebentar di sebuah warung yang menjual premium eceran. Cukup heran karena harga perliternya Rp7.500,-. Saya mengisi tanki hanya 2 liter saja dan berharap menjumpai SPBU di perjalanan. Saya kembali melanjutkan perjalanan melintasi Kec.Mesuji dan tak lama kemudian menjumpai gapura batas provinsi SumSel dan melintasi jembatan Sungai Mesuji, serta menjumpai tugu "Selamat Datang Di Propinsi Lampung" pukul 16.10.
Saya kembali memacu sepeda motor menyusuri jalan lintas dari Kab.Mesuji hingga memasuki Kab.Tulang Bawang tanpa berhenti, mengingat waktu sudah semakin sore. Sekitar pukul 17.40, saya berhenti di sebuah SPBU untuk mengisi premium. Ternyata SPBU tersebut kehabisan persediaan premium dan saya manfaatkan waktu untuk istirahat sebentar di sana. Saya kembali melanjutkan perjalanan sambil mencari penjual premium eceran. Akhirnya saya menemukan penjual premium eceran di tepi jalan. Perliter harganya Rp.8.000,- dan saya mengisi 2 liter tanki dan 2 liter dalam jirigen.
Hari semakin gelap dan saya terus melaju hingga menemukan sebuah pertigaan sebelum pusat kota Menggala. Di pertigaan tersebut terdapat papan petuntuk arah, belok kiri ke arah Bakaheuni dan lurus ke arah Menggala. Saya belok ke kiri mengikuti arah ke Bakaheuni. Karena jalan cukup mulus saya menambah laju kendaraan. Saat hari sudah gelap saya sempat ragu melintas jalan tersebut karena takut salah jalan. Sepanjang sisi jalan hanya perkebunan tebu dan tidak ada rumah satupun, sehingga jalan sangat gelap karena tidak ada penerangan jalan. Hampir tidak ada kendaraan yang melintas.
Saya berhenti sejenak dan mengecek googlemap untuk melihat di mana posisi saya berada. Namun karena tidak ada sinyal, saya tidak dapat menemukan posisi saya saat itu. Saya kembali menyusuri jalan mulus tersebut hingga akhirnya menemukan beberapa rumah yang berada di depan sebuah perusahaan perkebunan tebu. Saya berhenti dan mengisi jirigen saya dengan 4 liter premium yang Rp8.000,- per liternya sambil bertanya arah jalan. Menurut informasi yang saya dapat, ternyata jalan yang saya lalui adalah jalan lintas pantai timur yang melalui Kab.Lampung Timur tetapi tidak melewati kota Bandar Lampung.
Saya kembali yakin untuk melanjutkan perjalanan menuju Bakaheuni. Karena tidak menemukan SPBU, saya mencoba untuk memacu sepeda motor hingga premium habis. Sekitar pukul 19.35, akhirnya saya berhenti karena mesin mati di tengah jalan. Saya kembali mengisi penuh tangki dengan premiujm dari jirigen cadangan. Berdasarkan patok petunjuk jarak, tempat saya berada saat itu sekitar 42 km sebelum kota Way Jepara. Saya manfaatkan untuk istirahat sebentar di tempat tersebut sambil makan roti bawaan saya.
Saya mulai menemui rumah-rumah penduduk dan jalan tidak terlalu sepi saat memasuki Sukadana. Saya juga menjumpai sebuah SPBU yang masih buka, namun antriannya sangat panjang hingga puluhan meter. Sayapun tidak jadi masuk ke SPBU tersebut karena akan memakan waktu lama untuk mengantri. Saya berhenti sebentar di dekat SPBU tersebut untuk menghubungi kawan saya, Habibi yang berada di Dumai. Seperti biasanya saya mengabarkan kondisi dan posisi saya. Sekitar pukul 21.10, saya berhenti di sebuah SPBU yang sudah tutup untuk istirahat dan sholat isya' di sana meski agak telat. Sambil istirahat, saya manfaatkan untuk mecharge baterai kamera saya di mushola SPBU tersebut. Saya juga sempat berbincang dengan warga yang akan berangkat ke Jambi.
Setelah sekitar 20 menit istirahat, saya kembali melanjutkan perjalanan. Saya mulai menemui beberapa rombongan mobil dan truk yang melintas. Saya mencoba untuk mengikuti mobil-mobil yang menyusuri jalan lintas pantai timur itu. Memasuki Kab.Lampung Selatan saya menemukan seorang pengendara Kawasaki Ninja dengan plat B dan saya mengikutinya dari belakang sebagai panduan jalan. Hingga akhirnya saya tertinggal saat melewati daerah perbukitan beberapa kilometer sebelum pelabuhan Bakaheuni. Saya singgah di sebuah SPBU di daerah tersebut dan mengisi jirigen cadangan saya sebanyak Rp12.000,-.
Sekitar pukul 23.05 saya memasuki Bakaheuni. Saya kembali singgah di sebuah SPBU dekat pelabuhan untuk mengisi jirigen cadangan satu lagi sebanyak Rp12.000,-. Lalu saya menuju ke gerbang pelabuhan dan mengantri untuk membeli tiket kapal penyeberangan yang seharga Rp32.500,- untuk sepeda motor. Saya langsung menuju dermaga dan masuk ke dalam kapal serta memarkir sepeda motor saya. Saya membeli beberapa makanan untuk sedikit menghangatkan tubuh, mengingat udara cukup dingin di atas kapal.
Kapal mulai berangkat meninggalkan dermaga sekitar pukul 24.00. Karena ruang penumpang cukup ramai, saya menuju dek paling atas dan tidur di lantai dek bersama penumpang yang lain.
#BERSAMBUNG.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar